Beberapa bulan lalu aku melewati proses seleksi yang begitu ketat. Ketat secara kompetisi antar peserta dan penerapan protokol kesehatan di masa pandemi. Seleksi yang benar-benar tidak mudah untuk dilalui, kemampuan vokal dituntut pada standar yang tinggi. Wajar saja, karena ini dipersiapkan untuk level provinsi. Bahkan peserta seleksi tidak hanya menjaring pelajar jenjang SMA seperti halnya diriku, akan tetapi juga di antaranya adalah mahasiswa. Puji Tuhan Yesus, sekian pekan selanjutnya aku dinyatakan lolos dan menjadi bagian dari Tim Paduan Suara Gita Bahana Nusantara (GBN) Provinsi Jawa Timur. Berikut inilah singkat kisahku.

Hari itu aku datang ke gedung kesenian Cak Durasim, Surabaya. Masih terekam jelas luasnya kamar yang hanya dihuni 4 orang. Wangi cat kamar lama dengan desain gedung serba vintage, dan 3 teman sekamar yang ramai menghidupi suasana kamar yang tadinya tampak sepi. Kami sempat khawatir oleh adanya kegiatan tatap muka di era pandemi. Namun, di bawah pengawasan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Timur, kami diwajibkan untuk tes swab secara rutin untuk memastikan bahwa tidak ada salah satu dari kami yang terinfeksi virus.

Tidak ada hitungan jam sesampainya di sana, kami langsung diminta pergi ke pendopo untuk berlatih hingga sore datang. Melelahkan memang, apalagi tidak sedikit dari kami yang baru tiba dari berbagai kota. Latihan sudah menjadi rutinitas kami. Namun, jangan membayangkan suasana yang kaku dan mencekam karena tiap kami berkumpul selalu ada celotehan yang mengundang tawa. Kamar asrama dipenuhi dengan banyaknya partitur yang harus dihafalkan hanya dalam beberapa hari. Kami memiliki kebiasaan untuk berlatih koreografi gerakan hingga pagi tiba. Lalu, dengan penuh semangat kami selalu memulai hari dengan melakukan senam pagi yang ditutup dengan sarapan bersama.

Tanggal 17 Agustus membangunkan kami tepat jam 2 dini hari. Banyak yang harus kami persiapkan mulai dari riasan dan busana hingga pengarahan dari pihak Grahadi. Setelah semuanya siap, kami menunggu datangnya transportasi yang akan mengantar kami ke tempat upacara. Sesampainya di sana, perasaan cemas dan euforia bercampur. Semuanya terasa magis saat lagu mulai dilantunkan dan nyayian kami terdengar. Rasa takut dan gelisah mulai tergantikan oleh rasa bangga.

Lega rasanya ketika upacara berakhir. Setelahnya adalah momen yang tak terlupakan ketika menerima piagam secara langsung dari Gubernur Jawa Timur, yakni Ibu Khofifah didampingi oleh Wakil Gubernur Jawa Timur, yaitu Bapak Emil Dardak. Betapa bahagianya kami. Akhirnya tugas kami telah tuntas. Bersyukur atas kesempatan yang Tuhan beri melalui potensi dan talenta dalam diri ini.

Dari sini aku sadar bahwa kemerdekaan bukan hanya tentang terbebasnya kita dari penjajah. Kemerdekaan berarti mendapatkan kesempatan untuk bebas melakukan hal yang berarti bagi diri kita, sesama kita, atau bahkan untuk bangsa Indonesia.

Eureka Demetria A. W.

XI IPS 2

SMA KRISTEN PETRA 5
Jl. Jemur Andayani XVII/2
Surabaya - 60236
Telp. (031) 8436474, 8412055
Faks. (031) 8412055